Tidak terasa sebentar lagi Indonesia akan kembali merayakan hari kemerdekaannya. Biasanya, hari spesial ini akan dimeriahkan dengan dilakukannya upacara bendera, berbagai lomba, menghias komplek, dan yang tidak kalah menarik yaitu pembuatan gapura.
Yap, bulan Agustus memang sering digunakan warga sebagai momen spesial untuk membuat gapura baru maupun melakukan renovasi pada gapura yang sudah ada. Meskipun aktivitas ini sudah umum dilakukan, tetapi apakah kamu tahu sebenarnya apa makna dari gapura itu? Serta sejak kapan sebenarnya mulai adanya gapura? Yuk, kita bahas dalam artikel ini!
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gapura adalah pintu besar untuk masuk pekarangan rumah (taman, dan sebagainya); pintu gerbang. Gapura bisa berukuran cukup besar dan benar-benar menunjukkan sebuah pintu gerbang. Namun, tidak jarang gapura juga terlihat sederhana dan hanya sebagai penanda batasan wilayah. Artinya, ketika kamu melewati gapura maka kamu sudah berada di wilayah lainnya.
Selain itu, ada beberapa makna dan fungsi lain dari gapura, yaitu:
Ikon Wilayah
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini gapura tidak lagi hanya sebagai pintu gerbang saja, melainkan ikon sebuah wilayah. Banyak wilayah tertentu yang akan membuat gapura dengan menonjolkan ciri khas yang dimilikinya. Apalagi jika gapura ini sudah melibatkan wilayah yang luas, seperti perbatasan provinsi maupun perbatasan kabupaten dengan kotamadya.
Ucapan Selamat Datang
Secara tradisi Jawa, gapura juga memiliki sebuah makna, yaitu ucapan selamat datang. Itulah mengapa, pembuatan gapura yang dilakukan secara maksimal dan serius akan menunjukkan keseriusan tuan rumah dalam menyambut tamu yang datang.
Tahukah kamu sejak kapan gapura mulai ada? Ternyata kehadiran gapura sudah sejak zaman Kerajaan Majapahit. Hal ini berdasarkan pada beberapa penemuan candi berbentuk gapura yang dipercaya merupakan peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Dua candi tersebut adalah:
Gapura Wringin Lawang
Gapura Wringin Lawang berlokasi di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Gapura ini pertama kali dicatat pada tahun 1815 oleh Wardenaar saat mendapat tugas mencatat arkeologi yang ada di Mojokerto. Namun, namanya saat itu yang tercatat dalam buku The History of Java tahun 1817 adalah Gapura Jati Pasar, sesuai dengan lokasi keberadaannya.
Nama Gapura Wringin Lawang baru ada sejak tahun 1907. Masyarakat menamainya Gapura Wringin Lawang karena berdasarkan cerita turun temurun, dulu ada dua buah pohon beringin yang mengapit gapura tersebut. Nama wringin lawang sendiri jika diartikan adalah pintu beringin.
Gapura Wringin Lawang memiliki bentuk candi bentar, yaitu bangunan candi yang berbentuk gapura dan terbelah secara sempurna, serta tanpa adanya penghubung pada bagian atas. Meskipun tidak ada keterangan pasti mengenai fungsi dari Gapura Wringin Lawang, tetapi diyakini oleh masyarakat bahwa gapura ini merupakan pintu gerbang untuk masuk ke salah satu komplek yang ada di Kerajaan Majapahit. Apalagi dengan keberadaan lokasinya, yaitu Trowulan, yang pernah menjadi pusat ibu kota pada zaman Kerajaan Majapahit.
Candi Bajang Ratu
Candi Bajang Ratu juga merupakan candi peninggalan Kerajaan Majapahit dan berlokasi di Jalan Candi Bajang Ratu, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi Bajang Ratu diduga merupakan pintu gerbang masuk ke bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara. Hal itu berdasarkan pada berbagai relief yang ada pada candi ini serta berbagai petunjuk lainnya.
Kalau kamu ingin melihat gapura peninggalan Kerajaan Majapahit ini, kamu bisa mengunjungi langsung Gapura Wringin Lawang maupun Candi Bajang Ratu yang ada di Mojokerto, Jawa Timur. Namun, sebelum membeli tiket kereta ke Jawa Timur, jangan lupa untuk membeli Asuransi Perjalanan dari MSIG Indonesia dulu, ya.
Pada dasarnya tahapan pembuatan gapura disesuaikan dengan skala pembangunan gapura. Namun, ada tahapan umum yang bisa kamu perhatikan jika ingin membangun gapura, khususnya di bulan kemerdekaan ini:
Perizinan
Izin dari warga sekitar serta pengurus komplek (RT dan RW) tentu hal wajib yang harus kamu miliki. Misalnya, ide pembuatan gapura untuk merayakan kemerdekaan ini datang darimu, maka kamu bisa membicarakannya pada RT dan RW komplekmu agar bisa dibukakan forum pada warga.
Tim yang Mengerjakan
Apakah pengerjaan gapura akan dilakukan secara gotong royong oleh warga atau menggunakan jasa profesional? Hal ini harus dibicarakan sejak awal agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Desain Gapura
Dalam membuat gapura yang dimaksudkan untuk memperingati Hari Kemerdekaan, tentunya kamu harus membuat desain yang mencerminkan semangat nasionalisme. Kamu bisa memasukan unsur merah putih, burung garuda, bambu runcing, dan lain sebagainya yang menggambarkan semangat juang para pahlawan. Jika ingin lebih seru, kamu juga bisa mengajak warga mengadakan kompetisi desain dan melakukan voting untuk menentukan desain yang digunakan.
Satu hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pembuatan desain gapura, terutama untuk lahan yang cukup terbatas. Buatlah desain yang tidak terlalu memakan lahan jalan, sehingga tidak mempersulit keluar-masuknya kendaraan.
Material Bangunan
Dalam pembuatan gapura, pastinya ada banyak material bangunan yang diperlukan. Pastikan kamu dan warga mencapai kesepakatan mengenai penyediaan material bangunan ini. Apalagi, mengingat material bangunan harganya tidaklah murah.
Itulah berbagai informasi seputar gapura. Jadi, gapura kemerdekaan seperti apa nih yang ingin kamu dan warga buat untuk menunjukan semangat kemerdekaan?