Articles 08 Jul 2022

Mengenal Rambu Solo dan Ma’nene, Dua Tradisi Unik dari Suku Toraja ENG

Masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan merupakan satu dari segelintir suku asli Indonesia yang masih memegang teguh tradisi-tradisi adatnya. Meski sudah memeluk ajaran agama tertentu serta mendalami ilmu pengetahuan, upacara Rambu Solo dan ritual Ma’nene tetap tidak absen hingga kini. Seperti apa, sih, dua tradisi unik dari Suku Toraja itu?

Yuk simak uraian selengkapnya dalam artikel ini.

Upacara Rambu Solo

Dalam bahasa Toraja, Rambu Solo memiliki arti asap yang arahnya ke bawah. Frasa ini berasal dari tiga kata dasar, yaitu aluk (bermakna ‘keyakinan’), rambu (bermakna ‘asap’ atau ‘sinar’), dan turun. Dengan demikian, Rambu Solo dapat dimaknai sebagai upacara yang dilangsungkan saat sinar matahari mulai turun atau terbenam (Kompas.com).

Upacara Rambu Solo, sejatinya merupakan perayaan kematian dalam adat Toraja yang dilaksanakan dalam bentuk pesta adat selama dua hingga tujuh hari. Mengutip laman Indonesia Kaya, upacara ini bertujuan untuk menghormati dan mengantarkan arwah seseorang yang telah wafat menuju puya atau alam roh.

Pelaksanaan upacara adat ini digelar sesuai kelas sosial keluarga mendiang. Artinya, semakin tinggi strata sosial mendiang, maka semakin besar dan lama juga pesta itu harus digelar. Secara umum, orang dari keluarga terhormat harus menyembelih 24 – 100 ekor kerbau atau babi. Sementara masyarakat menengah cukup menyembelih 8 – 50 ekor kerbau atau babi saja.

Tanggung jawab penyembelihan itu membuat upacara Rambu Solo jarang digelar dalam hitungan hari setelah mendiang meninggal dunia. Sebab, keluarga perlu menabung dan mempersiapkan banyak hal demi terselenggaranya upacara tersebut. Selagi keluarga mengumpulkan dana, jenazah mendiang akan ‘disimpan’ dalam rumah keluarga.

Itulah mengapa saat Rambu Solo digelar, tandanya keluarga mendiang akan berpisah seutuhnya dengan mendiangPasalnya, jenazah yang bersangkutan akan dikubur di tebing atau tempat tinggi setelah disimpan selama berbulan atau bertahun-tahun sejak ia wafat.

Ritual Ma’nene

Ritual Ma’nene bertalian erat dengan pemaknaan hidup orang Suku Toraja. Sebab, dalam kebudayaan masyarakat Toraja, hubungan keluarga tidak akan terputus walau telah dipisahkan oleh kematian. Untuk itulah, ritual Ma’nene harus digelar – setidaknya – setiap tiga tahun sekali.

Pada praktiknya, ritual Ma’nene merupakan proses penggantian baju jenazah anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jasad orang Toraja tidak akan dikubur di dalam tanah, melainkan di tebing dalam kondisi sudah diawetkan. Sehingga, ketika peti mati dibuka kembali setelah bertahun-tahun kemudian, jasad mendiang masih akan utuh.

Ma’nene, seperti halnya Rambu Solo, adalah bentuk penghormatan keluarga yang masih hidup kepada keluarga yang telah wafat. Bedanya, Ma’nene bermakna seperti silaturahmi keturunan pada leluhurnya. Sebab, anggota keluarga – terutama yang belum pernah bertemu leluhurnya – dapat melihat wujud pendahulunya sembari menyucikan kembali mendiang dengan pakaian yang baru.

Menurut laman Indonesia Kaya, ritual ini masih sangat lazim diselenggarakan oleh masyarakat Toraja di wilayah utara saja. Meski terjadi hanya tiap tiga tahun sekali, ritual Ma’nene selalu dirayakan setiap bulan Agustus yang bertepatan dengan masa pascapanen. Pemilihan waktu ini mempertimbangkan kehadiran seluruh anggota keluarga yang merantau di luar Tana Toraja. Selain itu, doa-doa dalam ritual Ma’nene juga kerap berisi tentang harapan agar masa panen berikutnya subur.

Nah, itulah penjelasan tentang Rambu Solo dan Ma’nene dari Suku Toraja di Tana Toraja, sebelah utara Provinsi Sulawesi Selatan. Kamu bisa lihat langsung dua upacara adat ini, lho. Datang saja ke Tana Toraja pada waktu-waktu perayaan dua acara besar ini lalu cari pemandu wisata setempat. Niscaya kamu bisa menyaksikan seperti apa hikmatnya pelaksanaan upacara adat Rambu Solo dan Ma’nene secara langsung.

Eits, jangan lupa bekali diri dengan asuransi travel lebih dulu supaya perjalanan kamu ke Tana Toraja aman dan terlindungi, ya!

Other Article