Schengen adalah sebuah desa di Luksemburg yang menjadi tempat diadakannya Konvensi Schengen pada 19 Juni 1985. Kala itu, perjanjian antara lima dari sepuluh negara Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) tersebut bertujuan untuk mengikrarkan peleburan batas-batas sejumlah negara Eropa yang tergabung dalam EEC. Momentum ini adalah awal mula terbentuknya Schengen agreement yang menyatukan berbagai negara ke dalam Schengen area.
Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang desa kecil di Luksemburg yang mengubah pariwisata Eropa masa kini!
Desa Schengen
Berada di ujung tenggara Luksemburg, Schengen adalah sebuah desa kecil yang terletak di tepi Sungai Moselle; sebuah sungai yang memisahkan Luksemburg, Jerman, dan Prancis secara alamiah. Menurut laman BBC Travel, jumlah penduduk Schengen tidak mencapai 520 jiwa. Tentunya tak heran jika desa mungil ini acap kali terlewatkan oleh wisatawan yang berkunjung ke Eropa.
Padahal, Schengen punya tawaran destinasi yang menarik, loh! Beberapa di antaranya adalah:
Museum Eropa Schengen akan membawa kamu menelusuri langkah pertama dan perkembangan Konvensi Schengen yang terjadi 38 tahun lalu. Di tempat ini, kamu bisa menambah wawasan soal peran Schengen sebagai titik balik pariwisata Eropa masa kini melalui penjelasan pemandu yang berpengalaman juga benda-benda koleksi museum.
Selain bisa mencetak “paspor Schengen” sebagai cendera mata, kamu juga boleh ikut serta ke dalam beberapa pilihan tur berbayar, seperti Schengen is Alive (EUR90), Spirit of Schengen (EUR200, maksimal 30 peserta per grup), Next Stop: Schengen (EUR200 untuk 10 – 25 peserta per grup), untuk merasakan Schengen secara utuh.
Dilansir dari situs resminya, museum ini buka setiap hari mulai pukul 10 pagi hingga 6 sore (musim panas) atau 5 sore (musim dingin) serta tidak dikenakan biaya sepeser pun alias gratis!
“Schengen Tanpa Batas” adalah nama sebuah tur perjalanan yang menawarkan pendakian dalam sehari (a day hike) melewati tiga negara yang berbatasan langsung dengan Schengen di Sungai Moselle. Mengutip dari laman DW.com, pendakian sepanjang 7,7 kilometer ini dimulai dari Museum Eropa Schengen, kemudian bergerak menuju Prancis dan Luksemburg.
Mengingat ketiga negara tersebut bergabung sebagai anggota Schengen area, tentu melewati perbatasan di ketiga negara ini tidak ada prosedur pengecekan berkas atau dokumen pribadi setiap wisatawan. Alih-alih, kamu sebagai peserta akan menyadari bahwa kamu sudah masuk ke tanah negara tetangga ketika melihat uap dari menara-menara pendingin nuklir ketika memasuki Prancis atau mendapati bilah-bilah ladang angin (wind farm) yang terus berputar saat memasuki Jerman.
Menurut BBC Travel, Schengen yang bertopografi lembah merupakan pusat produksi anggur di Luksemburg. Buktinya adalah deretan kebun anggur yang membentang di lereng bukit dataran rendah terpisahkan oleh kota-kota kecil dan desa. Kamu juga bisa singgah ke salah satu pabrik dan kebun anggur ini untuk mengintip proses produksi ataupun mencicipi anggur khas Schengen.
Nah, itulah ulasan mengenai Desa Schengen di Luksemburg yang menjadi saksi pembukaan gerbang Schengen area di Eropa. Kalau kamu berencana mengunjungi desa ini, tentunya kamu perlu memiliki Asuransi Perjalanan yang merupakan salah satu syarat pengajuan Visa Schengen. Untuk itu, miliki dulu perlindungan perjalanan internasional dari MSIG Indonesia sebelum mengajukan permintaan visamu, ya!